Langsung ke konten utama

Mizan Fantasi



Pernah membaca Percy Jackson Series? Atau Fablehaven Series? Atau Lorien Legacy? Inilah penerbit dari novel-novel luar biasa itu. Pengen novelmu diterbitin MIZAN FANTASI? Kirim aja segera, tapi baca dulu syarat-syaratnya.

Mizan Publishing House
Kriteria & Prosedur Pengajuan Naskah Novel Fantasi
Per 1 Januari 2012

Kriteria naskah:
  1. Naskah harus karya asli
  2. Belum pernah dipublikasikan penerbit lain.
  3. Memiliki cerita yang unik dan tidak klise.
  4. Naskah ditulis dengan rapi (logis dan sistematis).
  5. Memiliki peluang pasar (marketabilitas) yang bagus.
  6. Tulisan utuh/padu (monograf), bukan kumpulan tulisan.
  7. Tidak menimbulkan kontroversi, terutama berhubungan dengan moral dan agama.
  8. Sertakan Sinopsis
Prosedur Pengajuan Naskah:
  1. Naskah telah memenuhi kriteria tersebut di atas
  2. Surat pengantar.
  3. CV (Daftar Riwayat Hidup) dengan alamat lengkap nomor telepon yang dapat dihubungi.
  4. Naskah: Keseluruhan isi naskah (Dengan naskah minimal 80 halaman, spasi satu, font times new roman 12pt, A4). Berupa fotokopi (bukan asli/master), hard-copy atau print-out (redaksi belum melayani naskah via email jikapun ya redaksi lebih mendahulukan utk mengevaluasi naskah yg dikirim dalam bentuk hardcopy), diketik komputer (bukan ketikan mesin tik manual).
  5. Kirim ke:

Redaksi Penerbit Mizan
-U.p. Bpk. Andityas Prabantoro
Alamat: Jl. Cinambo No. 135 (Cisaranten Wetan) Bandung 40294
Telp. (022) 7834310

Keterangan:
  1. Jangka waktu evaluasi naskah kurang lebih 3 bulan. secara bertahap akan kami upayakan agar maksimal respons dalam waktu 1 bulan.
  2. Konfirmasi/ pertanyaan tentang naskah bisa dilakukan setiap hari Jum’at via telepon ke 022-7834310/ dengan Mbak  Dyah.
  3. Jika Redaksi menolak penerbitan naskah, akan kami kabari via surat atau telepon. Bahan naskah tidak akan dikirimkan kembali kecuali disertai perangko yang mencukupi.
  4. Apabila naskah layak terbit, kami akan kabari via surat dan telepon dan dillanjutkan dengan pembuatan Surat Perjanjian Penerbitan.

 Note: Di-copy dari FanPage Facebook Mizan Fantasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Cerpen] Panggung Boreas

PANGGUNG BOREAS by Dwipatra “Menculik wanita yang tak mencintaimu, apakah tindakan itu benar?” Patung Logam Boreas dan Oreithyia Orang ini memang tak seperti orang kebanyakan. Saat yang lain memilih melakukan janji temu di sebuah cafĂ©, berteman secangkir kopi hangat dan alunan musik, dia justru memilih berdiri menunggu di antara deretan logam dari masa lalu dan pahatan-pahatan batu pualam putih, replika patung dewa-dewi Yunani. Dan, saat orang-orang memilih berdiam di depan perapian di tengah musim dingin yang menggigit ini, dia malah berkeras menyuruhku datang ke tempat yang sejak dulu tak terlalu menarik perhatianku, untuk menemuinya. Yah, karena keanehannya, di sinilah aku terdampar sekarang, tersesat di antara koleksi bersejarah sebuah musem paling terkenal di Yunani, National Archaecological Museum, bertanya ke sana-kemari hanya untuk mencari sesosok patung seorang dewi yang namanya dipakai sebagai nama kota ini, Athena, dewi kebijakan.

[Cerpen] Duka Hades

Cerita sebelumnya: Panggung Boreas Duka Hades by Dwipatra Namaku Calista, mungkin kalian sudah sering mendengar namaku dari Bastien. Aku punya sedikit kisah tentang musim semi untuk kalian, namun ini bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang lara dan duka. Patung Hades dan Persephone Dulu, saat aku kecil, ibu selalu bercerita padaku bahwa musim dingin muncul karena sang dewi kesuburan, Demeter tengah berduka. Persephone, putri tunggalnya diculik oleh Hades sang dewa kematian. Luka hati Demeter yang begitu dalam membekukan segalanya. Langit cerah tiba-tiba disaput awan, air danau yang melenggak-lenggok terayu angin seketika itu membeku, tetumbuhan tak kuasa menunjukkan tunasnya. Kehidupan menjadi beku, dingin, dan sepi.

SELENDANG NAWANGSIH

Selendang Nawangsih  O leh: Mahfudz Dwipatra Harus aku akui bahwa di sini aku mendapat perlakuan yang cukup baik. Kamar indah dengan makanan lezat yang tak mungkin digoreng dengan minyak jelantah seperti yang kadang aku makan di bumi menjadi jamuanku sehari-hari. Tapi walau bagaimana pun kahyangan bukan tempatku, bumilah tempatku. Aku tak menikmati semua itu. Aku rindu ayahku. Aku rindu hembusan angin yang menerpaku saat bersantai di saung. Aku rindu suara kelebat daun pohon pisang yang terterpa angin. Aku rindu suara cerpelai yang sedang bercinta di bawah saung. Aku rindu semuanya. Sebuah ketukan tiba-tiba terdengar di pintu, membuyarkan lamunanku. Membuyarkan pikiranku yang sedang sibuk menebak nama rasi dari gugusan bintang di langit. Sebelum kupersilakan masuk, pintu sudah terkuak. Masuklah seorang dewi cantik bergaun biru laut. Dia ibuku, Nawang Wulan. Walau ia ibuku, tapi wajahnya hanya tampak sedikit lebih tua dariku yang sudah berumur 18 tahun. Kurasa itu k